Langsung ke konten utama

Mabuk Servis di Phnom Penh (2)

Siang ini kami saya dan dua orang travel mate akan meninggalkan Phnom Penh menuju Siem Reap. Dari Siem Reap rencananya kami akan meneruskan perjalanan ke Ho Chi Minh City dan menghabiskan 5 hari disana lalu kembali lagi ke Phnom Penh karena pesawat kami ke Kuala Lumpur akan terbang dari sana.

Jam 7 pagi Mai dan Dina sudah menunggu di lobi. Dengan motornya, mereka mengajak kami ke salah satu restoran di dekat guesthouse. Lalu lintas di Phnom Penh agak kacau, jadinya pagi itu kami naik motor agak ekstrim. Apalagi saya, Mbak Lia, naik motor Dina bonceng tiga. Dina ini orangnya cuek dan sangat tomboy, naik motornya ngebut dan malas pakai helm.

Sekitar sepuluh menit kemudian kami sampai di sebuah restoran yang tidak terlalu kelihatan kalau itu sebenarnya tempat makan. Karena sebelumnya kami sudah mengatakan tidak bisa makan babi, mereka sudah paham dan berakhir di sebuah restoran yang semua bahan dasarnya terbuat dari jamur. Dina sudah meyakinkan kami kalau restoran itu tidak ada menu daging-dagingan sama sekali. Untunglah..

Karena tidak tahu mau makan apa, akhirnya kami menyerahkan semuanya ke Dina. Dia memilihkan kami makanan yang menurut saya porsinya besar sekali untuk sarapan. 



Sayangnya saya benar-benar tidak selera makan dan menghabiskan tidak sampai setengahnya. Padahal saya sangat suka mie, tapi sepertinya bumbu makanan ini tidak cocok di lidah saya. Tapi tidak untuk Dwi dan Mbak Lia. Mereka enteng saja tuh menghabiskan Teppanyaki dan jamur goreng yang rasanya sedikit mirip daging itu. Tidak enak juga sih makan tidak habis begitu apalagi ini kan ditraktir, tapi ya gimana saya tidak selera begini.
Selesai sarapan, kami diantar lagi ke Central Market-nya Phnom Penh yang saya lupa apa namanya. Hahaha.. Saya kebiasaan tidak mencatat nama tempat sih. Pasar tradisional ini interior bangunannya mirip-mirip peninggalan zaman dulu. Yang dalam gedung kebanyakan jual aksesoris giok atau batu-batuan, sementara bagian luar menjual suvenir khas Kamboja, perabotan rumah tangga, ataupun makanan. Kalau tertarik membeli kain-kain dengan motif cantik, pasar ini bisa dijadikan alternatif.


Karena ada latihan, Mai akhirnya pamit duluan dan tidak bisa mengobrol dengan kami lebih lama. Akhirnya Dina berbaik hati menemani kami di guesthouse sekalian menunggu bis ke Siem Reap menjemput. Sebenarnya kami tidak tega menyuruh Dina menunggu lebih lama apalagi langit sudah mendung. Tapi dia keukeh mau menemani kami. Kagetnya, dia malah masih mau mentraktir kami makan siang. Doohh..padahal kami sudah kenyang dan tidak niat makan lagi. Tapi dia mengingatkan kalau perjalanan ke Siem Reap akan lama dan pastinya kami tidak sempat makan siang nantinya. Yasudah, kami menurut saja. Kan ditraktir juga. Hahaa..

Dan mimpi buruk pun dimulai. Nyatanya tidak ada makanan yang tidak enak di dunia ini. Semuanya enak namun sangat subjektif dan tergantung lidah masing-masing. Tapi untuk sesi makan siang ini, kami bertiga (kecuali Dina) sepertinya memiliki selera yang sama.


Karena sudah cukup makan berat sarapan tadi, kami memutuskan untuk memesan roti isi dan spring roll saja. Bodohnya, memesan spring roll ini adalah ide saya. Saya tidak mengira kalau spring roll Kamboja berbeda dengan yang di Thailand. Saya sudah pernah makan yang di Thailand dan rasanya lumayan enak, mirip lumpia goreng atau rebus. 

Nah yang di Kamboja ini, rasanya 'menyiksa'. Ternyata spring roll-nya dimakan mentah-mentah. Isi spring roll adalah dedaunan segar, wortel mentah, dan daging ayam rebus yang hambar. Sementara kulitnya sendiri sepertinya masih basah. Baru gigitan pertama, lidah saya sudah dikagetkan dengan rasa dedaunan yang membuat saya mual. Hingga akhirnya saya keluarkan daun itu dari mulut dan membedah isi spring roll-nya. Saya juga tidak tahu itu daun apa tapi yang jelas rasanya mirip daun sirih. Pedas dan enek. Tidak saya saja, Dwi dan Mbak Lia juga begitu. Bahkan Mbak Lia seperti menahan tangis saat menghabiskan gigitan pertamanya. 

Selanjutnya adalah ide Dina untuk memesan sup mie daging. Sebelumnya Dina berulang kali menawari kami untuk makan nasi, tapi kami menolak gara-gara alasan kenyang. Dia mengerti dan memesan sup daging yang ada isi mie-nya saja sebagai pengganti nasi. Sayangnya karena sudah enek dan mual, kami tidak sanggup lagi menghabiskan sup itu. Bahkan menggigit bakso daging sapinya saja kami tidak sanggup karena sepertinya restoran pilihan Dina tidak halal dan masih terdapat menu babi. Jadinya makan siang sekali itu tidak kami nikmati sama sekali.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu...

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita teta...

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola ...

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Ame...

Berniat Pacaran dengan Cowok Skandinavia? Baca Ini Dulu!

"Semua cowok itu sama!" No! Tunggu sampai kalian kenalan dan bertemu dengan cowok-cowok tampan namun dingin di Eropa Utara. Tanpa bermaksud menggeneralisasi para cowok ini, ataupun mengatakan saya paling ekspert, tapi cowok Skandinavia memang berbeda dari kebanyakan cowok lain di Eropa. Meskipun negara Skandinavia hanya Norwegia, Denmark, dan Swedia, namun Finlandia dan Islandia adalah bagian negara Nordik, yang memiliki karakter yang sama dengan ketiga negara lainnya. Tinggal di bagian utara Eropa dengan suhu yang bisa mencapai -30 derajat saat musim dingin, memang mempengaruhi karakter dan tingkah laku masyarakatnya. Orang-orang Eropa Utara cenderung lebih dingin terhadap orang asing, ketimbang orang-orang yang tinggal di kawasan yang hangat seperti Italia atau Portugal. Karena hanya mendapatkan hangatnya matahari tak lebih dari 3-5 minggu pertahun, masyarakat Eropa Utara lebih banyak menutup diri, diam, dan sedikit acuh. Tapi jangan salah, walaupun dingin dan hampa...