Karena permintaan dari Dina dan Mai yang menyuruh kami untuk pulang lebih awal dari Ho Chi Minh City, akhirnya saya dan dua orang travel mate sampai di Phnom Penh satu hari lebih cepat. Rasanya baru jam 5 pagi melihat Sunrise di Mui Ne, Vietnam, tengah malamnya kami sudah harus pulang ke Phnom Penh melalui Ho Chi Minh City. Seperti kata Dwi, "kita ini traveling seperti dikejar tikus. Lebih-lebih dari artis schedule-nya." Hahaa..
Ohh so sweet....!
Sekitar jam 10 pagi kami akhirnya tiba juga di penginapan yang berbeda kawasannya dengan yang pertama kali kami inapi. Tempatnya baru saja direnovasi. Masih baru, super wangi dan bersih, serta resepsionis yang ramah dan fasih Bahasa Inggris. Padahal menurut sopir tuk-tuk, kawasan kami yang di Chamkar Mon ini jauh dari pusat kota. Tapi tak apalah, lagian WiFi disini lebih kencang dari guesthouse yang sebelumnya kami tempati.
Jam 7 malam, Mai menelepon Dwi untuk mengajak makan malam (lagi). Karena Dina sedang makan malam dengan pelatihnya, jadinya Mai sendirian yang menemani (baca: mentraktir) kami malam itu. Duuhh.. Habis jadi gembel di Vietnam, akhirnya di Phnom Penh perbaikan gizi lagi. Hohoho.. Untuk makan malam sekali ini, Mai sepertinya agak kebingungan mau pilih tempat yang mana. Dia sampai memutar mobilnya dua kali untuk menemukan tempat makan. Padahal kami sih oke-oke aja, kan ditraktir. *bawa-bawa nama traktiran lagi*
Akhirnya kami merapat ke tempat makan open air yang mirip dengan tempat makan hari pertama. Tapi tempat makan sekali ini kurang romantis sih. Ini dia makanan yang Mai pesan malam itu. Saya pengen lagi makan pizza jagung yang super duper crunchy dan manis itu.
Di akhir makan malam, Mai ditelepon ibunya. Kirain bakal disuruh pulang, tapi ternyata tidak! Ibunya Mai sekarang ada di sebuah KTV bersama teman-temannya dan mengajak kami untuk gabung. Oooooww...marilah kalau begitu!
Orang Kamboja biasanya paling senang berkumpul di KTV sambil minum bir atau makan bersama keluarga atau teman-temannya. Berbeda sekali dengan kita yang suka nongkrong-nongkrong di mall sekalian nonton atau makan di kafe. Di Phnom Penh sendiri justru kafe kurang laku. Kafe fungsinya cuma tempat makan, CUMA tempat makan ya.
Jam 11 malam, empat anak perempuan masih kelayapan di luar. Nongkrong di KTV pula! Oh tunggu dulu, ternyata KTV ini tidak seseram yang saya kira. Selain ada live music, tempatnya juga lumayan asik. Si pelayan yang kebanyakan Mbak-mbak ini juga sibuk bolak-balik mengecek tiap meja untuk menambahkan bir atau es batu ke dalam gelas. Saya tidak berhenti bolak-balik toilet gara-gara kebanyakan meneguk kola.
Ibunya Mai ini ternyata orang yang ramah dan asik sekali diajak mengobrol. Sayangnya saya tidak terlalu asik mengobrol dengan beliau karena bangku yang agak jauh. Ibu Mai kebetulan membawa tiga orang temannya yang sebenarnya sudah om-om semua sih. Ada satu om-om berperawakan kurus tinggi yang super lucu. Bahasa Inggrisnya parah sekali tapi kerennya dia tetap usaha mengobrol dengan kami. Pakai acara menunjukkan trik sulap segala. Gokil! Walaupun kebanyakan nge-blank-nya, tapi kami hargai usaha dia untuk bersikap terbuka dengan orang asing.
Disela-sela obrolan, si om kurus yang namanya juga saya lupakan itu naik ke atas panggung dan mulai sing songs. Asli roaming, lagu yang dia nyanyikan belum pernah masuk playlist saya. Lalu beberapa saat kemudian tiba giliran saya dan Mbak Lia menyumbangkan sebuah lagu berbahasa Inggris, Home - Michael Buble. Bukan karena cocok dengan suasana traveling sih, tapi nyatanya di buku lagu cuma itu yang kami hapal melodinya. Terharunya lagi, rombongan tamu di meja depan yang semuanya cowok-cowok ikutan nyanyi dan berdiri sambil cheers gelas bir mereka saat lirik "Let me go hoooooommeeeeee...."
Ohh so sweet....!
Komentar
Posting Komentar