Pagi-pagi kami seperti dikejar anjing dan mesti buru-buru gara-gara salah jadwal. Karena kelelahan semalam, kami sampai bangun kesiangan. Jam 7 pagi ponsel Dwi sudah berdering karena panggilan Mai. Masih dengan mata tertutup dan setengah sadar, saya mendengar, "Yes, what? Okay. Eleven? Okay." Klik.
Karena Mai sedang ada kerjaan, jadinya dia nyuruh kami tinggal di rumah Dina dulu sampai makan siang. Dina juga tidak segan dan sepertinya dia happy sekali saat kami main di rumahnya. Di rumahnya, kami kenalan sama ibu Dina yang kata Dina, beliau salut sekali dengan kami, keliling dua negara, tanpa keluarga atau sanak saudara. Pemberani! Backpacking gitu lho...
Kembali hening....
Sialnya beberapa menit kemudian kami bertiga bangun layaknya zombie, langsung berebutan masuk kamar mandi dan Dwi buru-buru nampol bedak kesana-kemari. "Duuh..kirain jam 11, jadinya aku tidur lagi. Eh ini dia barusan nelepon katanya jam 7. SEVEN jadinya bukan ELEVEN," kata Dwi. Parahnya lagi saat Mai nelepon, ternyata dia sudah di lobi. Aaarrghh..
"I'm sorry, Mai, we're late," akhirnya saya dan Mbak Lia yang datang 30 menit kemudian jadi tidak keenakan dengan Mai. Hari ini Mai bilang kalau dia sedang tidak sehat tapi karena sudah janji ingin mengantar kami keliling Phnom Penh akhirnya dia malah yang tidak enak kalau sampai telat. Lho, Mai...
Saat itu Mai tidak sendiri, tapi ditemani adik pacarnya yang masih berumur 19 tahun. Saya lupa nih siapa nama adik itu. Iiisshh.. Dari hostel, kami menjemput Dina dulu di rumahnya. Karena semalam tidak bisa ikut gabung, akhirnya dia ingin join hari ini. Seperti biasa, lagi-lagi kami diservis dengan sangat memuaskan! Selain (lagi-lagi) ditraktir sarapan, kami diajak keliling Phnom Penh sekalian foto-foto. Mai bilang, kalau kami tinggal lebih lama di Phnom Penh dia akan mengajak kami ke Sihanouk.
"How long that place from Phnom Penh?" tanya Dwi.
"It's about 4 hours from here," jawab Mai.
"How to go to there?" tanya saya.
"By car."
"Who's the driver then?" tanya saya lagi.
"Me. I'll take you there and we'll play in the sea or BBQ-ing."
Ohhh...Mai sudah kelewatan baik nih kayaknya. Dari hari pertama sampai hari keempat kami di Phnom Penh tidak henti-hentinya dia memanjakan kami. Ya mungkin lebih tepatnya tidak berhenti mentraktir makan 3 kali sehari. Sehabis sarapan, kami diajak mengunjungi Royal Palace-nya Kamboja yang jadi salah satu landmark kota. Sayangnya saat kami kesana, Royal Palace sedang tutup dan istirahat. Yasudahlah, main-main di teras istana lumayan juga.
Karena Mai sedang ada kerjaan, jadinya dia nyuruh kami tinggal di rumah Dina dulu sampai makan siang. Dina juga tidak segan dan sepertinya dia happy sekali saat kami main di rumahnya. Di rumahnya, kami kenalan sama ibu Dina yang kata Dina, beliau salut sekali dengan kami, keliling dua negara, tanpa keluarga atau sanak saudara. Pemberani! Backpacking gitu lho...
Cuaca Phnom Penh siang itu memang sedang bersahabat sepertinya. Hujan deras mengguyur kota sepanjang siang. Dina sepertinya mengerti kalau kami kecapekan dan mempersilakan kami untuk tidur siang di kamarnya selagi menunggu Mai. Awalnya sih kami tidak mau, takut merepotkan. Tapi nyatanya, semua mendarat di kasur dengan selamat. Hahaa..
Jam 3 sore, saat hujan sudah reda, Dina membangunkan kami untuk cari makan siang. Apalagi nih? Perasaan kami belum terlalu lapar. Tapi Dina bilang jam makan siang sudah lewat dan dia sudah kelaparan. Baiklah.. Mari kita makan!!
Sekitar satu jam kemudian Mai datang dengan adik pacarnya ke restoran. Setelah makan siang ini mereka akan mengajak kami karaokean! Yaaayy... Dengan 2 motor, yang masing-masing dinaiki 3 orang, kami akhirnya sampai juga di sebuah tempat karaoke yang sebenarnya mirip dengan tempat karaoke di Indonesia. Tapi baru setengah jam bernyanyi, Mai dan Dina komplain ke Mbak resepsionis (tidak tahu bicara apa) lalu mengajak kami pindah lokasi. Lho?
"The place isn't really good," jawab Dina singkat saat kami tanya kenapa sampai harus pindah lokasi. Padahal menurut kami tempatnya lumayan juga sih. Tidak ada yang salah. Tapi ya mau bagaimana lagi, cuma mereka yang tahu alasannya. Hingga akhirnya mereka memilih KTV ini! Wohooo...
Sekitar 2 jam bernyanyi tidak jelas, jam 8 malam Mai ditelepon seseorang yang mengatakan kalau ibunya sekarang masuk rumah sakit gara-gara kebanyakan minum. Semalam saat di KTV ibu Mai memang tidak berhenti minum bir. Saat pulang pun saya melihat gelagatnya yang sudah seperti orang mabuk. Ternyata kami juga baru tahu ibu Mai minum bir lagi setelah pulang dari KTV itu. Oh my God! Padahal Mai bilang ingin bernyanyi bersama kami hingga tengah malam. Rencananya dia akan mengajak pacarnya bergabung.Tapi saat dihubungi, pacarnya sedang kuliah dan baru bisa gabung jam 9 malam. Bakalan semalaman suntuk di KTV pasti ceritanya nanti.
Kami akhirnya sudah kembali ke hostel jam 9 malam. Ada untungnya juga sih. Ini malam terakhir kami di Phnom Penh, artinya kami masih punya waktu untuk istirahat lebih lama dan unpacking. Tapi Dina menguntit hingga ke kamar. Awalnya dia seperti 'tidak tega' melihat kami hanya menghabiskan waktu di kamar saat malam terakhir di Phnom Penh. Kalau kami mau, sebenarnya dia akan menghubungi teman-temannya agar bisa menemani kami keliling Phnom Penh malam itu. Sungguh jamuan yang memuaskan memang. Namun sepertinya Dina mulai mabuk karena dia sampai tergeletak lama di kasur kami. Tuh kan, untuk tawaran dia kami tolak. Lha orangnya saja sudah mabuk begitu.'
"Okay, we'll be meet again at 7 AM tomorrow. Don't forget ya..!" katanya mengakhiri obrolan saat kami mengantarnya ke lift malam itu.
Komentar
Posting Komentar