Langsung ke konten utama

Islandia: Mengejar Paus Hingga Mabuk Laut


Meneruskan cerita di malam sebelumnya saat perburuan aurora yang berakhir tragis, siang ini jadwal lain saya mengikuti tur melihat paus di laut lepas. Tur yang akan berlangsung selama 3 jam ini dijadwalkan akan dimulai jam 1 siang di tempat dan kapal yang sama dengan yang dipakai semalam.

Ada cerita lucu tapi juga sedih dari kapal-kapal yang sedang terjejer rapih melabuh di pelabuhan. Kabarnya, kapal untuk melihat tur dan kapal untuk menangkap paus saling berdekatan. Sangat ironis ketika para turis membayar mahal untuk melihat paus hidup di laut lepas, namun di sisi lain, banyak nelayan lokal yang mencoba memburu paus untuk dijadikan santapan restoran.

Kalau sedang jalan-jalan di Laugavegur, coba saja intip menu-menu restoran yang ada di area tersebut. Selain menyajikan domba Islandia, menu terkenal lainnya pastilah paus ataupun burung Puffin. Siapa lagi yang tertarik mencoba menu eksotis tersebut kalau bukan para turis. Berjiwa petualang dan berkantong lebar? Silakan mencicipinya :)

Sepuluh menit kurang dari jam 1 siang, saya sudah berada di pelabuhan dan menunjukkan bukti booking saya ke dua orang karyawan tur di depan kapal. Kasihan sekali melihat dua karyawan ini, hidung mereka sampai meler-meler karena kedinginan diterpa angin ganas Reykjavík. Entah sudah berapa lama mereka berdiri disana menyambut dan mengecek tiket penumpang.

Tanpa delay, jam 1 teng kapal sudah naik jangkar dan meninggalkan pelabuhan. Berkaca dari pengalaman semalam, saya memutuskan untuk tidak turun ke bawah dan memakai si baju astronot. Karena sudah cek di Google bagaimana mengatasi mabuk laut, saya akhirnya langsung saja mencari tempat duduk di bagian luar dek kapal. Tidak hanya saya, banyak juga orang yang ingin melihat paus secara langsung, lalu mencari tempat duduk di bagian luar.

Salah satu alasan mabuk laut biasanya disebabkan karena indera keseimbangan, seperti mata, mengalami konflik. Akibatnya, otak menjadi bingung karena tidak melihat ada benda yang bergerak namun indera lain merasakan adanya gerakan. Konflik persepsi ini akan memicu rasa mual.
Cara terbaik menghindari sensasi ini adalah tidak melihat benda statis di dalam kendaraan seperti membaca atau menatap layar (laptop, HP, dll). 
Saat berada diatas kapal, melihat air dan gelombang akan memungkinkan otak melihat sesuatu yang bergerak sehingga mengurangi konflik persepsi pada otak. Jadinya dari awal kapal sudah meninggalkan pelabuhan, saya seperti orang linglung yang hanya bengong memerhatikan gelombang air laut. 
Apakah itu membantu? Iya, awalnya. Hingga suatu ketika, saat saya mulai kedinginan karena diterpa angin laut habis-habisan, saya memutuskan untuk bangkit dan pindah ke bagian dalam kapal. Sialnya, karena kapal masih dalam keadaan goyang, perut saya mulai berulah lagi. Saya yang semula sudah mengantisipasi, akhirnya lagi-lagi mesti kena mabuk laut juga.
Saat kapal mulai bergerak lambat hingga turun jangkar mengamati jika ada paus yang naik ke permukaan, saya akhirnya teler dan tidur. Proses pengamatan ini berlangsung sekitar 30 menit tanpa ada tanda-tanda si paus akan muncul. Sepuluh menit berselang, akhirnya seorang pemandu tur mengumumkan kepada penumpang untuk mengakhiri tur kali ini.  
Sama halnya dengan memburu aurora, untuk melihat paus naik ke permukaan pun termasuk proses alami alias untung-untungan. Banyak juga nahkoda kapal ataupun pemandu tur yang sebenarnya belum pernah melihat paus secara langsung. Meskipun nahkoda kapal sudah tahu dimana letak tempat terbaik si paus akan muncul, namun tetap saja, hari itu saya masih zonk.
Mata saya sempat terbuka sebentar melihat gletser putih nan cantik yang kami lewati ketika hendak kembali lagi ke pelabuhan. Banyak orang yang rasa kecewanya segera padam saat berhasil mengabadikan foto si gletser dengan kamera mereka. Saya? Balik tidur.
Catatan:
- Angin Reykjavík kencangnya gila-gilaan menjelang musim gugur ke dingin. Jangan lupa untuk memakai mantel cukup tebal dan anti angin, serta aksesoris lengkap-lengkap seperti beanie hat, syal, sarung tangan, penutup muka, dan boot tinggi. Lupakan dulu soal gaya kalau memang ingin ikut tur. Nobody cares!
- Sama seperti tur aurora borealis, peserta tur yang tidak bisa melihat paus hari itu, masih bisa menggunakan kode booking tiket lama untuk mengikuti tur selanjutnya. Jaminan agen tur ini: ikut dan lihat lagi, sampai puas!
- Untuk mengantisipasi mabuk laut, cobalah untuk mengonsumsi banyak air putih dan obat anti mual sebelum mengikuti tur. Kalaupun memang masih mual di atas kapal, tidak usah malu dan takut untuk muntah. Peserta tur lain biasanya juga banyak yang mabuk laut, kok.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu...

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita teta...

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola ...

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Ame...

Berniat Pacaran dengan Cowok Skandinavia? Baca Ini Dulu!

"Semua cowok itu sama!" No! Tunggu sampai kalian kenalan dan bertemu dengan cowok-cowok tampan namun dingin di Eropa Utara. Tanpa bermaksud menggeneralisasi para cowok ini, ataupun mengatakan saya paling ekspert, tapi cowok Skandinavia memang berbeda dari kebanyakan cowok lain di Eropa. Meskipun negara Skandinavia hanya Norwegia, Denmark, dan Swedia, namun Finlandia dan Islandia adalah bagian negara Nordik, yang memiliki karakter yang sama dengan ketiga negara lainnya. Tinggal di bagian utara Eropa dengan suhu yang bisa mencapai -30 derajat saat musim dingin, memang mempengaruhi karakter dan tingkah laku masyarakatnya. Orang-orang Eropa Utara cenderung lebih dingin terhadap orang asing, ketimbang orang-orang yang tinggal di kawasan yang hangat seperti Italia atau Portugal. Karena hanya mendapatkan hangatnya matahari tak lebih dari 3-5 minggu pertahun, masyarakat Eropa Utara lebih banyak menutup diri, diam, dan sedikit acuh. Tapi jangan salah, walaupun dingin dan hampa...