Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Mencari Cowok Ganteng di Cina

Di awal tahun ini, saya sempat jalan dengan seorang cowok Korea-Amerika yang datang ke Kopenhagen untuk urusan bisnis. Menyinggung sedikit soal percintaan, saya baru tahu kalau ternyata si doi pernah pacaran dengan cewek Cina selama beberapa tahun. "Waktu saya ke Chengdu, saya seperti artis," katanya. "Kenapa?" tanya saya sedikit skeptis dengan rasa percaya dirinya yang tinggi. "Cowok-cowok Cina tuh jelek-jelek, tahu gak sih?" " No!! Di Indonesia, cowok keturunan Tionghoa justru ganteng, keren, dan maskulin," kata saya sambil membayangkan muka VJ Daniel, Morgan Oey, Joe Taslim, ataupun anaknya Om Ferry Salim itu. "Iya, di Indonesia. Kamu sudah pernah ke Cina belum? Mantan saya saja sampai berkata begitu, lho." Membayangkan muka-muka ganteng pemain Meteor Garden ataupun MVP Lover, rasanya super mustahil kalau cowok Cina bermuka pas-pasan. Lagipula, masalah fisik kan relatif. Tidak hanya di Cina, di Eropa pun ti...

Mencontek Gaya Eropa, Belanja Murah di Indonesia

Beberapa hari yang lalu, seorang teman lama menghubungi saya via sosial media. Teman saya ini ternyata akan liburan selama beberapa hari ke Eropa. Gara-gara postingan tentang  pelajaran fashion , tiba-tiba saya merasa jadi fashion guru karena dicecar banyak pertanyaan tentang pakaian seperti apa yang cocok untuk dipakai di Eropa. Karena berencana liburan di pertengahan September, si teman sering kali menanyakan apakah cocok memakai boot dan mantel saat liburan ke Eropa di penghujung musim panas. Jawabannya, no ! Penghujung musim panas di negara empat musim tidak bisa diprediksi. Kadang lembab, tapi juga bisa sangat kering. Di Eropa Utara, suhu bisa sangat hangat di siang hari, tapi mendadak turun jadi 13 derajat di malam hari. Makanya ketimbang boot dan mantel tebal, membawa pakaian yang multifungsional saat liburan ke negara empat musim menjadi sangat mutlak. Kembali ke teman saya tadi, meskipun tipikal cewek stylish dan pandai berdandan, si doski sebenarnya seorang #P...

5 Alasan Semua Orang Menanti Musim Panas

Memasuki bulan Agustus, suhu musim panas di Eropa mulai sedikit bergeser menjadi hangat-hangat sejuk. Liburan ke Wina bulan lalu, saya mesti mengumpat dalam hati karena panasnya bisa sampai 34 derajat! Jujur, saya bukan penyuka musim panas meskipun sudah 20 tahun lebih tinggal di Indonesia. Walaupun musim panas identik dengan rasa bahagia dan suka cita, tapi saya juga benci hal-hal klasik seperti keringat, para serangga yang mulai girang beterbangan, ataupun kulit yang mulai gosong. Tapi sejujurnya, musim panas juga membawa warna tersendiri dalam satu tahun. Inilah alasan mengapa warga empat musim tetap mencintai dan selalu menanti musim panas!