"Belum wisuda juga jadi pengasuh anak, Nin?"
"Gils! Kuat deh jij!"
Begitu tanggapan beberapa orang teman setelah tahu rencana saya untuk jadi au pair lagi di Norwegia. Tak tanggung-tanggung, langsung teken kontrak selama dua tahun!
Saya sebenarnya sudah eneg jadi au pair. Bukan apa, pekerjaan yang statis menyangkut anak-anak dan rumah tangga, membuat saya sebenarnya sudah menyerah di tahun ketiga. Setelah melewati tahun pertama di Belgia dan dua tahun di Denmark, kadang saya terus-terusan berpikir, apalagi yang akan saya cari di Eropa. Pengalaman, sudah. Jalan-jalan, sudah tiap bulan. Uang, sudah lumayan untuk tabungan. Lalu?
Keputusan untuk jadi au pair lagi ini pun sebenarnya tidak ada dalam rencana besar saya sebelumnya. Karena beberapa orang teman ada yang sudah menetap di Bali, saya sudah mantap sekali ingin menyusul mereka dan mencari kerja saja di Pulau Dewata. Belum tahu ingin kerja apa, tapi setidaknya di pikiran saya sudah tidak ada lagi keinginan untuk stay di Eropa.
Tiket ke Denpasar dari Palembang pun hampir saja saya book meskipun masih tinggal di Denmark. Niat saya saat itu memang sudah kuat untuk settle down di negara sendiri. Toh, saya tetap percaya diri dengan kemampuan yang sudah saya miliki.
Tiga minggu sebelum pulang ke Indonesia, saya iseng-iseng mengaktifkan kembali profil au pair di Energy Au Pair. Tidak hanya itu, saya juga mencoba mengirimkan beberapa cv ke perusahaan penerbangan di Timur Tengah diluar pekerjaan menjadi pramugari. Seperti para pencari kerja umumnya, semua cv saya ditolak.
Mengingat profil di Energy Au Pair juga sudah aktif kembali, setiap minggu setidaknya ada 8 hingga 10 profil keluarga angkat yang dikirimkan ke saya. Dasar memang niatnya tidak ingin jadi au pair lagi, hampir semua profil pun saya tolak. Total lebih dari 20 profil keluarga angkat, saya hanya tertarik dengan 6 keluarga.
Lucunya, dari 6 profil itu pun, hanya 2 keluarga yang juga tertarik pada saya. Hingga akhirnya, cuma satu keluarga yang benar-benar ingin interview via Skype. Dang! What should I do?! Bukankah niat saya hanya iseng?
"Just do your best, Nin," kata Adel, seorang teman au pair.
"Jangan kepedean dulu. Ini baru tahap wawancara. Tidak usah banyak ekspektasi dan be yourself saja," saran Anggi, seorang teman mantan au pair yang menetap di Bali, ketika tahu saya mulai ketar-ketir.
Singkat cerita, si ibu yang kala itu mewawancarai saya, sangat terkesan dan ingin secepatnya mengundang saya ke Oslo. Padahal seminggu lagi adalah jadwal keberangkatan saya ke Indonesia. Tapi si keluarga ini tetap kekeuh ingin mengundang untuk satu malam sekalian berkenalan dengan anak, anjing bernama Pia, serta au pair mereka yang sekarang.
Menurut saya, keluarga yang sangat niat mendatangkan calon au pair ke rumah mereka, sudah bisa dipastikan akan menerima au pair tersebut. Meskipun perasaan saat itu masih kalut, tapi tetap saya penuhi saja undangan mereka ke Oslo. Gratis juga ini, sekalian jalan-jalan. Soal diterima atau ditolak, bisa dilihat nanti.
Lalu, benar saja, setelah menginap di rumah mereka dan esok paginya diajak minum kopi di kafe,....
"Nin, my husband and I already talked last night, we like you blablablaaa..."
Nah lho!
"Just take your time to think first. Semua keputusan ada di kamu, tapi kita sangat berharap kalau kamu bisa menjadi bagian dari keluarga kami tahun depan," kata si ibu menutup obrolan di bandara siang itu.
Satu minggu setelah pulang dari Indonesia, akhirnya saya mantap memutuskan untuk menjadi bagian dari keluarga mereka. Sejujurnya, tawaran dari keluarga di Oslo ini cukup menggiurkan. Bukan hanya soal uang saku, tapi juga pengalaman yang akan mereka hadiahkan. Anak dan anjing mereka yang lucu dan jinak, lokasi rumah yang berada di sentral kota, serta kelembutan keluarga ini, membuat saya juga menyukai mereka.
Memang, lagi-lagi saya akan berkutat dengan urusan anak dan rumah tangga, lagi-lagi saya akan jauh dari keluarga, lagi-lagi saya akan kesepian dan terpaksa harus mengulang bersosialisasi dengan teman baru. Namun, selagi masih muda, saya rasa, kembali ke Eropa bukanlah hal yang akan sia-sia.
Then again, the decision has made. Semoga ini yang terbaik.
Yaampun sis jadi au pair lagi. Salut..
BalasHapusKetemuan dong eh btw follow blog aku juga dong..
https://beforethirtiesss.wordpress.com/
Salam dari Belanda..
Hihihi.. I know. I know. Sounds too much ya ;p
HapusBoleh ketemuan nih someday. Masih lama kah di Belanda?
Checked your blog out, that's awesome!
masih nin, kepikiran buat cari kerja beneran aja, lelah aupair lagi.. haha
HapusIt's okay. Take your time sekalian mikirin ke depannya pengen kerja apa/dimana ;)
Hapuska nin, aku bru2 ini register di beberapa web aupair dan salah satu nya energy aupair tp kenapa ya ka profile aku ga muncul di web energy aupair pdhl sudah lengkap data nya. thank u ka;)
BalasHapusWah Nina kuat sekali, aku sedang au pair di Jerman dan baru 3 Minggu sudah merasa kangen Indonesia haha. Semangat Nina
BalasHapusHai Mia,
HapusIni Nin, bukan Nina ☺️ makasih ya. Tapi FYI, aku sekarang udah masuk bulan2 terakhir au pair di Norwegia. Jadinya udah berasa hepi aja karena mau kelar.
Kamu semangat ya di sana! Hopefully you enjoy Germany to the most! ;)
halo kak nin:)
BalasHapusaku jadi sangat tertarik menjadi aupair setelah membaca blog kaka:)
fyi aku masih sma kelas 11, dari dulu cita cita nya pengen bgt keluar negeri, entah itu sekolah, ataupun kerja. aku pengen bgt tanya" kaka lebih dalam lg tentang aupair. jika sekiranya kaka memperkenankan, ini alamat email aku @esterianoviantiii
hope you always happy in your life❣️
Silakan tanya langsung aja lewat komen atau form “contact” di atas :)
Hapus