Langsung ke konten utama

Persiapan Wawancara dengan Calon Host Family


So, setelah akhirnya mencari host family ke banyak situs dan ternyata matching, kamu dihubungi kembali untuk seleksi wawancara dengan si keluarga. Bahagia? Pasti! Setidaknya, bersyukurlah ternyata profil mu berhasil dilirik oleh si keluarga angkat.

Bagi saya, sesi wawancara dengan host family selalu membuat nervous. Meskipun wawancara dilakukan via Skype, tapi tetap saja, saya tidak ingin tiba-tiba blank dan tidak tahu harus bicara apa dengan si calon keluarga.

Sebenarnya wawancara dengan calon keluarga angkat tidaklah setegang bicara dengan calon atasan di perusahaan besar. Obrolan biasanya terkesan lebih santai dan dimulai dengan proses kenalan. Tapi tetap saja, kita harus serius dan inilah waktunya 'menjual' diri kita di hadapan si keluarga agar diterima menjadi au pair mereka.

Ingat ya, kamu bukanlah satu-satunya calon au pair yang host family wawancarai. Saingan akan lebih berat kalau si keluarga mencari au pair dari seluruh negara. Agar tidak tertatih-tatih saat mengobrol dengan si keluarga, coba persiapkan hal berikut agar kamu lebih percaya diri di kamera.

1. Pelajari profil calon keluarga angkat

Baca lagi tentang profil si keluarga angkat. Umur, pekerjaan orang tua, nama anak dan usia mereka, serta apa saja ekspektasi si keluarga terhadap au pair nanti. Biasanya saat wawancara, si ibu dan/atau ayah angkat akan memperkenalkan diri mereka kembali secara singkat. Mereka juga akan menjelaskan lagi rutinitas, hobi, dan hal-hal mendasar tentang ekspektasi mereka ke kamu.

2. Catat pertanyaan yang menyangkut isi profil

Beberapa keluarga ada yang secara gamblang menuliskan panjang lebar apa ekspektasi mereka lewat profil. Namun ada juga keluarga yang hanya menuliskan sedikit detail, namun diperjelas kembali saat sesi wawancara.

Cari kembali pertanyaan yang kira-kira akan kamu tanyakan dan berhubungan dengan isi profil si keluarga. Contohnya, apakah tempat tinggal mereka jauh dari kota besar, perlu kah kamu menyetrika pakaian, atau apakah mereka pernah punya au pair sebelumnya. Kadang pertanyaan ini akan dijelaskan sendiri oleh si keluarga saat perkenalan.

3. Siapkan 2-4 pertanyaan tambahan

Kalau memang ini wawancara pertama mu dengan si keluarga, jangan dulu menanyakan hal-hal yang bersifat meminta. Contohnya, soal tiket pesawat, biaya visa, biaya kursus, atau keadaan kamar.

Tanyakanlah hal-hal yang bersifat netral dan tetap menunjukkan ketertarikan mu dengan keluarga mereka. Contohnya, apakah kamu libur saat akhir pekan, apakah transportasi dari tempat tinggal si keluarga mudah dijangkau, apakah anak-anak mereka sosial, atau tanya juga apakah mereka memberikan mu waktu longgar untuk ke gereja atau kursus.

That's it!

Pertanyaan lainnya semacam tiket pesawat atau biaya kursus, bisa kamu tanyakan di email tambahan atau ketika kamu benar-benar yakin kalau host family juga tertarik setelah wawancara. Jika di wawancara pertama saja kamu sudah banyak minta ini itu, takutnya si keluarga malah berubah pikiran dan justru kamulah yang banyak ekspektasi.

4. Buat draft kasar tentang diri sendiri dan motivasi mu

Selain memperkenalkan diri mereka, si calon keluarga pasti ingin mendengar juga cerita singkat tentang kamu. Sekali lagi, jangan kebanyakan perkenalan dan straight to the point. Sebutkan saja umur, tempat tinggal yang sekarang, pendidikan terakhir, serta pengalaman kerja.

Kalau memang tidak ada pengalaman kerja sebelumnya, katakan saja kalau kamu memiliki ketertarikan dengan anak-anak dan budaya asing. Hal ini juga yang memotivasi kamu untuk jadi au pair di negara mereka. Meskipun ini akan jadi au pair pertama mu, tetaplah percaya diri dengan meyakinkan host family kalau pengalaman mu dengan anak-anak sudah terlatih saat mengasuh adik, sepupu, atau keponakan.

Siapkan juga dua atau empat kalimat yang menerangkan alasan kamu ingin jadi au pair di negara tersebut. Be specific ya, di negara tempat tinggal keluarga yang sedang mewawancarai mu! Mungkin kamu tertarik dengan arsitektur, bahasanya, makanan mereka, atau keinginan kamu yang ingin lanjut studi selepas au pair. Minimalisir kata-kata yang hanya ingin 'jalan-jalan' saja.

5. Atur nada bicara dan latih bahasa asing mu

Hampir semua keluarga angkat menggunakan bahasa Inggris saat sesi wawancara. Namun tidak jarang juga ada keluarga yang lebih nyaman menggunakan bahasa ibu mereka seperti bahasa Jerman atau Prancis. Meskipun kamu merasa cukup lancar bicara bahasa asing ini, tetaplah berlatih sebentar untuk mengutarakan maksud dan motivasi mu ke mereka.

Jangan mencatat semua yang ingin dikatakan, karena akan terkesan kamu tidak lancar berbahasa asing dan hanya membaca saja. Kalau memang tidak terlalu lancar bahasa Inggris, katakan di awal kalau kamu sedikit kesulitan bicara bahasa ini. Then, you need to speak slowly.

Tidak usah terlalu buru-buru saat bicara dengan calon keluarga dan bicaralah dengan intonasi yang jelas. Meskipun sifatnya santai, kamu tetap harus serius dan profesional.

6. Tersenyumlah senatural mungkin

Sebisa mungkin hindari ekspresi datar dan berlatihlah untuk tetap tersenyum saat sesi wawancara. Raut muka serius menandakan kamu bukanlah orang yang terbuka. Banyak cengengesan juga tidak baik karena kamu seperti main-main. Senyumlah senatural mungkin dan bersikaplah ramah bahkan saat pertama kali memulai percakapan.

Sapa mereka dengan antusias, "Hi... How are you?" atau bisa juga sekalian sebut nama mereka, "Hi Emily, how are you?"

Karena mereka adalah calon keluarga mu nanti, tidak usah panggil Madam atau Mister/Sir. Panggil nama mereka dan anggaplah si keluarga seperti teman mu sendiri.

Wawancara pertama dengan host family mungkin tidak akan menentukan nasib mu menjadi bagian dari keluarga mereka nanti. Tapi berusaha untuk mempersiapkan banyak hal terlebih dahulu setidaknya membuat kamu lebih siap mental dan belajar bersikap profesional dengan orang asing.

Tenang saja, sebelum melangkah cantik keliling Eropa, saya dulu juga sempat ditolak berkali-kali oleh si keluarga angkat. Padahal saya memiliki pengalaman jadi au pair sebelumnya, lho. Teman saya, belum pernah jadi au pair, langsung diterima setelah satu kali wawancara dengan host family-nya. Jadi, punya pengalaman atau tidak, sebenarnya juga tidak menjamin apakah kamu bisa langsung mencuri hati keluarga angkat saat wawancara.

Saran saya, minta kontak au pair lama si keluarga (kalau memang ada) untuk referensi dan langsung saja tolak host family yang menanyakan apakah kamu punya pengalaman cleaning atau jadi domestic helper sebelumnya. Tipe keluarga seperti ini biasanya akan menaruh ekspektasi bersih-bersih berlebih bagi si calon au pair. Mereka sebenarnya bukan cari au pair, tapi pengganti cleaning lady.

Good luck!



Komentar

  1. Hai kak, salam kenal aku Ella 💛 so in love with your stories being an au pair. Aku lagi tertarik banget jadi au pair. Hmm, kalau boleh tau ya Kak, share tentang persiapan financial untuk jadi au pair dong :(terutama pengalaman kakak ya hehe misal utk pembuatan visa, asuransi kesehatan dll. Which is very helpful to me karena biar bisa nabung dulu dari sekarang hehe soalnya aku belum ada pengalaman ke luar negeri sama sekali huhu

    BalasHapus
  2. hai ka boleh tanya" ga ke email kakak aku umur 19 thn rencana mau ikut au pair ke norwegia kira" kalau mau kursus bahasa ke sana bagimana caranya ?? dan apakah ada pengalaman buruh kakak saat ke sana ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kursus bahasa ya pas kamu udah di sini. Daftar :)

      Hapus
  3. Ka aku baru tau klo negara lain juga adain aupair selain jerman hehe.. jadi mau tanya apakah bisa misal aupair di negara lain kaya belgia tapi memakai bahasa jerman atau inggris aja ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Au pair tuh malah sebetulnya konsep yang datang dari Prancis, lho! Tapi di Indonesia emang yang paling terkenal di Jerman dan Belanda. Tapi yes, ada 13 negara yang sebetulnya memungkinkan untuk pemegang paspor Indonesia :)

      Belgia, gak perlu sertifikat bahasa apa2. Belajar bahasanya pas udah di negara asal, tergantung kamu tinggalnya di wilayah mana.

      Hapus
  4. ka aku baru di aupair, dan sudah wawancara seblumnya dengan host family di aussie tapi karna grogi aku gabis ngomong apa apa:( lalu mendapatkan kost family lagi dari italy dan dia bilang dia naturis. apakah itu akan jadi masalah nantinya untuk saya? dan saya seperti tidak nyaman karna perkataan nya yang menurut saya tidak enak. dia berkata "You'll see that being naked isn't a bad thing, and I don't have anything special down there anyway 🤣🤣🤣🤣🤣🫣
    We were also born without clothes, and the freedom you feel is just beautiful" saya merasa seperti akan di lecehkan wkwkwk aku minta saran ka buat hal ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelum ngebahas pernyataan dia, mau nanya dulu, kamu tau gak kalo orang Indonesia gak bisa jadi au pair di Italia? Kalo kamu pengen ke Italia, kamu mesti pake visa pelajar dengan tujuan belajar bahasa Italia. Jadi au pairnya ini kayak cuma freelance/part-time live-in nanny. Coba sebelum wawancara sama hf, hal2 yang menyangkut imigrasi kayak gitu dibicarakan dulu. Dari pihak merekanya sendiri gimana, mau bantu biaya gak, mau bantu ngurusin urusin asuransi gak, dll. Ada banyak banget poin yang harus dibahas dulu ya :)

      Lalu untuk persoalan naturis, menurut ku, ini kan lebih ke mindset dan gaya hidup seseorang. Kalo menurut mu dengan pola pikir seperti itu gak cocok dengan mindset mu, saran aku mending gak usah lanjutin. Mau gimana pun, kamu tuh bakalan ketemu sama mereka tiap ari selama 24/7. Kalo dari gaya hidup dan perspektif aja udah gak cocok, ngapain dilanjutin? :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu...

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita teta...

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola ...

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Ame...

Berniat Pacaran dengan Cowok Skandinavia? Baca Ini Dulu!

"Semua cowok itu sama!" No! Tunggu sampai kalian kenalan dan bertemu dengan cowok-cowok tampan namun dingin di Eropa Utara. Tanpa bermaksud menggeneralisasi para cowok ini, ataupun mengatakan saya paling ekspert, tapi cowok Skandinavia memang berbeda dari kebanyakan cowok lain di Eropa. Meskipun negara Skandinavia hanya Norwegia, Denmark, dan Swedia, namun Finlandia dan Islandia adalah bagian negara Nordik, yang memiliki karakter yang sama dengan ketiga negara lainnya. Tinggal di bagian utara Eropa dengan suhu yang bisa mencapai -30 derajat saat musim dingin, memang mempengaruhi karakter dan tingkah laku masyarakatnya. Orang-orang Eropa Utara cenderung lebih dingin terhadap orang asing, ketimbang orang-orang yang tinggal di kawasan yang hangat seperti Italia atau Portugal. Karena hanya mendapatkan hangatnya matahari tak lebih dari 3-5 minggu pertahun, masyarakat Eropa Utara lebih banyak menutup diri, diam, dan sedikit acuh. Tapi jangan salah, walaupun dingin dan hampa...