Langsung ke konten utama

72 Jam di St. Petersburg, What to Do?

Jalan-jalan ke negara sebesar Rusia, pastinya tidak akan cukup dijelajah hanya dalam waktu satu minggu, apalagi kurang dari 3 hari. Tapi daripada harus repot-repot mengurus visa Rusia dari Oslo, saya dan seorang teman mengambil kesempatan ke Rusia hanya 72 jam saja tanpa visa.

Destinasi kami kali ini adalah St. Petersburg dan memang hanya akan fokus di kota ini saja. St. Petersburg adalah kota terbesar nomor 2 di Rusia berpopulasi 5 juta penduduk yang atmosfir kotanya katanya tidak jauh beda dari Moskow. Kota ini juga menawarkan banyak bangunan cantik, musisi jalanan yang suaranya menggema di pusat kota, hingga kuliner tradisional yang pantang untuk dilewati. Satu lagi, karena tinggal di Norwegia yang mana salah satu kota termahal di Eropa, datang ke St. Petersburg jadi angin segar untuk kami karena biaya hidupnya yang sangat murah dibandingkan Oslo.

Kalau kamu tertarik mengunjungi St. Petersburg kurang dari 72 jam saja, simak cerita saya di bawah ini karena siapa tahu menginspirasi perjalanan kamu selanjutnya! FYI, kami datang ke Rusia tidak dalam rangka backpacking-an alias menghemat biaya sebesar-besarnya. Jadi kalau gaya jalan ini dirasa kurang cocok, just skip! ðŸ˜‰

1. Berkunjung ke Hermitage Museum


Yang suka maupun tidak suka sejarah, seni, budaya, dan interior, tetap wajib mengunjungi museum seni terbesar kedua di dunia ini! Kunjungan ke St. Peterseburg akan sangat hampa tanpa Hermitage dan Winter Palace-nya. Museum yang ditemukan di tahun 1764 ini menyimpan lebih dari 3000 artefak kuno, seni rupa, lukisan, koin, hingga perhiasan, yang tentunya akan memanjakan mata di setiap ruangannya yang luar biasa megah. Kami tak berhenti berdecak dengan interior dan artefak kuno yang dibuat di masa lalu.

Harga tiket masuk ke Hermitage sebesar 700 RUB (154 ribu Rupiah/€9.70) untuk satu hari kunjungan dibeli dari mesin tiket di dekat gerbang masuk demi menghindari antrian loket yang sangat panjang. Saran saya, tidak usah beli tiket dari situs mereka karena harganya lebih mahal. Mengelilingi Hermitage juga tidak cukup dalam waktu 1 hari, karena kami keliling 2 jam pun kaki sudah gempor!

Hermitage Museum
Palace Square, 2
Jam buka:
Selasa, Kamis, Sabtu, Minggu  10.30 - 18.00
Rabu, Jumat 10.30 - 21.00
Situs: Hermitage


2. Mampir ke Church of the Savior on Spilled Blood


Kalau di Moskow ada Red Square yang terkenal dengan Saint Basil, di St. Petersburg ada gereja berbentuk sama namun lebih kecil. Gereja yang dibangun di tahun 1883 ini menghadap dua sisi, Griboyedov Canal dan Mikhailovsky Garden, yang sama cantiknya. Jika tertarik masuk ke dalam gereja, kita perlu mengeluarkan kocek 500 RUB (110 ribu Rupiah/€7). Meskipun puncak gereja saat itu sedang direnovasi, namun tidak mengurangi kemegahan asitekturnya dari luar.

Sekalian melintasi gereja ke area kanal, kita akan berlabuh di Nevsky Prospect, daerah yang terkenal dengan tempat makan dan belanja di kanan kiri jalan rayanya. Jangan lupa menikmati suasana kota St. Peterseburg yang sangat hidup dengan nyanyian para musisi jalanan dan bangunan unlimited bergaya Art Nouveau yang terpampang sepanjang jalan.


3. Mencicipi dumpling khas Rusia


Baru kali ini saya dan seorang teman jalan-jalan, lalu memesan makanan tanpa harus melihat harganya dulu. Makan malam pertama kami di St. Petersburg diawali dengan memesan Pelmeni, dumpling khas Rusia, yang sudah saya incar sebelum kesini. Kalau kamu suka dumpling, saya sangat merekomendasikan datang ke restoran monocuisine di Nevsky Prospect ini! Apa itu restoran monocuisine? Restoran yang hanya menyediakan satu jenis makanan saja di dalam menu mereka; dalam hal ini hanya dumpling.

Dumpling yang ditawarkan lumayan beragam dari Pelmeni, Manti, Ravioli, Gedza, Khinkali, yang semuanya enak-enak! Isinya pun macam-macam, dari ayam, sapi, babi, domba, labu, sayuran, hingga keju. Harga yang ditawarkan juga sangat murah, berkisar 140-520 RUB tergantung porsi. Dari 8 menu utama, kami memesan 6 dumpling berbeda hingga mengundang mata pengunjung ke meja kami.

Di restoran ini ternyata paling sering orang memesan satu jenis dumpling saja, tapi porsinya bisa 8-9 buah. Sementara kami, memesan sedikit, namun berbeda-beda. Total yang kami habiskan untuk berdua hanya 2260 RUB (497 ribu Rupiah/€32) saja dan pulang dengan perut penuh! Mahal? Tentu saja tidak dibandingkan dengan Oslo. Tapi jangan malas untuk mengantri dulu selama 20-40 menit karena tempat ini selalu penuh pengunjung!

Pelmenya
Fontanka river embankment, 25
Jam buka:
Senin - Minggu  11-23.00
Situs: Pelmenya


4. Nonton ballet atau opera di Mariinsky Theatre


Gambar diambil saat makan malam di L'Europe

Dibuka pada tahun 1860, Mariinsky Theatre menjadi teater musik terkemuka dengan bangunan bersejarah tempat para masterpiece Rusia manggung di abad ke-19. Saya sebetulnya sangat tertarik menyaksikan ballet disini karena Rusia adalah salah satu negara dengan pentas ballet terkemuka di dunia. Sayangnya, tiket untuk menonton Swan Lake saat itu mahal sekali, paling murah dari balkon yang tersedia harganya 8400 RUB (1,85 juta Rupiah/€117). Sejujurnya harga tersebut sangat wajar, namun karena kami masih ada perjalanan lain jadinya masih disimpan dalam bucket list dulu.

Tapi bagi kalian yang suka opera, ballet, atau konser musik klasik, boleh saja menyisihkan sedikit uang untuk menonton pertunjukkan di teater historikal ini. Saya pernah nonton ballet sekali di Denmark, lalu jadi ketagihan ingin nonton lagi kapan-kapan.

Mariinsky Theatre
Theatre Square, 1
Situs: Mariinsky


5. Fine dining dengan menu tradisional


(ki-at) "Egg in Egg", Hot Smoked Sturgeon, Borsch Beetroot Soup
(ki-ba) Steamed Kamchatka crab, Beef Stroganoff, Medovik Honey Cake

Dari dulu saya memang ingin sekali fine dining di restoran high-end di Eropa. Tidak hanya ingin mencicipi makanannya, tapi juga ingin merasakan atmosfir restoran dan servisnya yang pasti berbeda dari Indonesia. Maklum, saya anak daerah dimana restoran berkelas tidak tersedia di kota tersebut.

Di St. Petersburg, kami sepakat ingin bergaya sedikit fancy dan elegan di salah satu restoran mewah di hotel bintang 5, L'Europe Restaurant. Ada dua tempat pilihan saya sebetulnya, Palkin dan L'Europe. Tapi karena L'Europe memiliki tema 'Tchaikovsky Night' setiap Rabu dan Jumat, yang akan menyajikan pertunjukkan musik klasik, ballet (yes!), dan opera secara langsung, makanya saya pilih saja tempat ini. Restorannya sangat megah berhiaskan gelas kaca dan atap bergaya Art Nouveau yang dibangun sejak tahun 1905. Kabarnya dulu para aristokrat Rusia selalu datang ke restoran ini untuk makan malam.

Menu yang kami pilih adalah 6-course makanan tradisional Rusia dengan cita rasa mewah. Salah satu yang terkenal di Rusia dan mahal adalah "egg in an egg" berisi scrambled egg dan black sturgeon caviar. Untuk gambaran, kami berdua menghabiskan 17.240 RUB (3,8 juta Rupiah/€239) untuk menikmati sajian malam itu. Kalau kamu ke Rusia, saya rekomendasikan mencicipi sup Borsch di kafe-kafe di luar. Supnya sangat segar berisi buah bit dan potongan daging sapi yang biasanya dilengkapi dengan krim. I love this soup! 

L'Europe Restaurant
Mikhaylovskaya Ulitsa, 1/7
Jam buka (makan malam):
Sabtu - Jumat  18.00 - 23.00
Situs: Belmond Grand Hotel Europe


6. Belanja kaviar di food hall tertua


Teman jalan saya kali ini sangat family-oriented sampai berniat harus membelikan keluarganya suvenir dari Rusia. Satu lagi, doi kalau cari suvenir, tidak ingin yang abal-abal dan harus berkualitas tinggi. Ada satu tempat yang saya rekomendasikan kalau kamu punya selera yang sama dengan doi, datanglah ke toko suvenir gourmet di pusat kota.

Tempat ini sebetulnya adalah food hall tertua di dunia yang dibangun pada tahun 1902, meskipun perusahaan penjualannya sudah beroperasi sejak 1857. Didesain oleh keluarga arsitek, tak heran mengapa bangunan bergaya Art Nouveau ini akan menjadi salah satu tempat paling bersejarah di abad ke-20.

Kalau kamu suka cokelat, permen, atau makanan homemade Rusia dengan kemasan mewah, this is the place you have to go! Teman saya sampai berkeliling berkali-kali karena bingung harus membeli apa. Too many things to buy, too little money. Untuk satu kemasan black caviar seberat 25 gram saja, doi menghabiskan 4500 RUB (990 ribu Rupiah/€63). Cokelat berbentuk lucu biasanya dihargai 900 RUB (197 ribu Rupiah/€13). Vodka pun dijual dengan rasa bermacam-macam, dari jeruk nipis hingga blueberry.

The Kupetz Eliseevs
Nevsky avenue, 56
Jam buka: Setiap hari  10.00 - 23.00
Situs: Kupetz


7. Beli boneka Matryoshka paling murah


Suvenir Rusia biasanya sangat identik dengan boneka Babushka atau Matryoshka yang dapat diisi dengan boneka lebih kecil. Bahasa lainnya, boneka beranak. Di semua toko suvenir kita akan menemukan banyak sekali jenis boneka lukisan tangan dari yang kecil hingga sangat besar berisi 25 anak!

Tapi, boneka ini sayangnya tidak murah. Harga boneka sedang beranak 4-9 biasanya ditawarkan seharga 2500-15.000 RUB tergantung jenis tinta lukisnya. Katanya tempat terbaik membeli Matryoshka sebetulnya adalah Moskow, karena harganya lebih murah dan bentuknya juga bervariasi. Namun jika ingin sekali membawa oleh-oleh Matryoshka dari St. Petersburg, belilah di pedagang gerobak di luar Church of the Savior on Spilled Blood. Akan ada banyak pedagang yang menjajakan Matryoshka dan harganya bisa ditawar.

Boneka termini yang cukup menarik perhatian saya sepanjang 5 cm harganya 900 RUB. Di sisi lain, boneka berbentuk kucing sekisaran 7 cm dipatok harga 2000 RUB. It's an expensive souvenir to buy, for sure!


8. Metro tour


St. Petersburg boleh jadi negara tercantik di Eropa, terutama untuk urusan bangunan historis dan interior megahnya. Kalau punya waktu, jangan lupa mencoba metro yang tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tapi juga menyajikan keindahan dan arsitektur stasiunnya yang berbeda dari kebanyakan stasiun di Eropa.

Stasiun yang wajib kunjung contohnya Avtovo, Kirovsky Zavod, Narvskaya, Pushkinskaya, Ploshchad Vosstaniya, Sportivnaya, Mezhdunarodnaya, dan Admiralteyskaya. Karena waktu yang sangat terbatas, kami hanya bisa mengunjungi 3 dari banyak stasiun berarsitektur keren di St. Peterseburg. Token metro pun bisa dibeli lewat mesin atau loket seharga 45 RUB (10 ribu Rupiah/63 sen) sekali jalan.


TOP TIPS:
1. Kalau kita datang ke restoran atau kafe dan puas dengan pelayanan mereka, sangat disarankan untuk memberi tip 10-15% dari harga total makanan yang dipesan. Upah pekerja jasa seperti ini tidak terlalu baik di Rusia, makanya kebanyakan pelayan mendapatkan upah tambahan dari tip pengunjung.

2. Untuk kota sebesar St. Petersburg, banyak pegawai kafe atau anak muda yang bisa berbahasa Inggris. Tidak perlu takut tersasar juga di kota ini karena nama jalan tetap ditulis dengan huruf latin bergandengan dengan Cyrillic.

3. Naik metro di St. Peterseburg itu lamaaaa sekali! Bukan karena metro-nya lambat, tapi karena stasiunnya sangat jauh di bawah tanah dan panjang. Kalau sedang terburu-buru, saya sarankan tidak usah naik metro karena untuk satu transit saja membutuhkan waktu 20-30 menit.

4. Jarak 1,5 km itu terlihat dekat, namun akan terasa sangat jauh juga jika harus berjalan kaki. Opsi lainnya kalau malas jalan kaki atau naik metro adalah dengan naik bus. Tiket bus di St. Petersburg sekali jalan hanya 40 RUB (8900 Rupiah/57 sen). Tidak perlu membeli ticket in advance karena di dalam bus sudah ada kernet yang akan mendatangi kita untuk membeli tiket.

5. Kartu kredit berlaku hampir di semua restoran dan kafe di daerah turis. Namun mengantongi uang saku tidak ada salahnya juga untuk naik transportasi umum atau memberi tip.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu...

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita teta...

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola ...

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Ame...

Berniat Pacaran dengan Cowok Skandinavia? Baca Ini Dulu!

"Semua cowok itu sama!" No! Tunggu sampai kalian kenalan dan bertemu dengan cowok-cowok tampan namun dingin di Eropa Utara. Tanpa bermaksud menggeneralisasi para cowok ini, ataupun mengatakan saya paling ekspert, tapi cowok Skandinavia memang berbeda dari kebanyakan cowok lain di Eropa. Meskipun negara Skandinavia hanya Norwegia, Denmark, dan Swedia, namun Finlandia dan Islandia adalah bagian negara Nordik, yang memiliki karakter yang sama dengan ketiga negara lainnya. Tinggal di bagian utara Eropa dengan suhu yang bisa mencapai -30 derajat saat musim dingin, memang mempengaruhi karakter dan tingkah laku masyarakatnya. Orang-orang Eropa Utara cenderung lebih dingin terhadap orang asing, ketimbang orang-orang yang tinggal di kawasan yang hangat seperti Italia atau Portugal. Karena hanya mendapatkan hangatnya matahari tak lebih dari 3-5 minggu pertahun, masyarakat Eropa Utara lebih banyak menutup diri, diam, dan sedikit acuh. Tapi jangan salah, walaupun dingin dan hampa...