Kalau mengikuti cerita saya saat mendaftar kuliah di Norwegia sampai pengumuman dari kampus, kalian akan tahu bahwa saya memang berniat kuliah di Oslo. Selain karena masih harus menyelesaikan kontrak au pair yang tinggal beberapa bulan lagi, saya memang lebih nyaman hidup di ibukota dengan segala akses kemudahan informasi dan transportasi.
Pun begitu, selain mendaftar di University of Oslo (UiO), saya juga mencoba memasukkan aplikasi ke Oslo Metropolitan University (OsloMet) dan University of Bergen (UiB). Iseng saja, karena toh pendaftarannya gratis juga.
Bulan Juli adalah bulan yang saya tunggu dari tahun lalu, karena bulan inilah yang akan jadi penentu nasib saya ke depannya. Harus pulang kah setelah 5 tahun au pair di Eropa, masih harus jadi au pair lagi kah (BIG NO!), ataukah ada kesempatan untuk lanjut kuliah S2 disini? Saya juga sebetulnya sudah menyiapkan banyak rencana jika memang harus pulang. Pulang pun tak masalah karena ide bisnis di otak saya rasanya juga sudah meluap. Apalagi berulang kali saya dan adik ipar membahas soal peluang bisnis yang kemungkinan akan kami jalani kalau saya pulang ke Palembang. Intinya, apapun hasil dari kampus, saya terima.
Pengumuman hasil diumumkan paling lambat tanggal 6 Juli. Untuk UiO, saya mendapatkan email jawaban di tanggal 4 Juli sekitar pukul 5.28 sore. Lagi di Prancis, lagi santai-santai duduk di bawah pohon, tiba-tiba email dari UiO muncul. Saya deg-degan bukan main sampai emailnya tidak ingin saya buka dulu karena masih takut membaca hasilnya. Tanpa babibu, saya langsung menghubungi adik saya di Cina yang ikut nervous dengan isi email tersebut. Meskipun katanya sudah siap dengan apapun isi email tersebut, tapi tetap saja, ujung penantian ini malah membuat saya semakin gugup. Setelah diyakinkan oleh adik, beberapa menit kemudian barulah saya siap.
Pengumuman hasil diumumkan paling lambat tanggal 6 Juli. Untuk UiO, saya mendapatkan email jawaban di tanggal 4 Juli sekitar pukul 5.28 sore. Lagi di Prancis, lagi santai-santai duduk di bawah pohon, tiba-tiba email dari UiO muncul. Saya deg-degan bukan main sampai emailnya tidak ingin saya buka dulu karena masih takut membaca hasilnya. Tanpa babibu, saya langsung menghubungi adik saya di Cina yang ikut nervous dengan isi email tersebut. Meskipun katanya sudah siap dengan apapun isi email tersebut, tapi tetap saja, ujung penantian ini malah membuat saya semakin gugup. Setelah diyakinkan oleh adik, beberapa menit kemudian barulah saya siap.
Baiklah, whatever kan?!
1... 2... 3...
1... 2... 3...
Saya buka email-nya dan membaca cepat untuk mencari kata-kata “unfortunately”, “regret”, “rejected”, yang ternyata tidak ada! Selintas saya hanya menemukan kata “offer” disana! Sekali lagi, isi surat tersebut saya baca secara teliti dari atas.
Whoaaaa!!! Saya diterima jadi mahasiswi Master di UiO untuk program studi yang memang jadi top priority! Senangnya bukan main, tapi nervous-nya juga belum usai. Adik saya yang saya kabari ternyata ikut gemetaran dan masih belum percaya juga dengan hasilnya.
Lebay? Dramatis? Mungkin. It’s not Harvard or Stanford, is it?
Iya, memang bukan! Tapi segala penantian, keputusasaan, serta ketidakpastian dari tahun lalu akhirnya memberikan jawaban manis. FYI, satu malam sebelum pengumuman ini, saya sebetulnya juga bermimpi bahwa nama saya tertulis di program studi Entrepreneurship. Kebetulan? Entahlah, tapi ternyata mimpi saya benar-benar jadi kenyataan.
Walaupun katanya masuk kampus Eropa tidak terlalu susah asal memenuhi syarat, tapi masih ada perasaan pesimis yang selalu menghantui. Apalagi UiO adalah kampus top di Norwegia yang banyak peminatnya. Dari data statistik tahunan yang saya baca disini (bahasa Norwegia), program studi Entrepreneurship ini hampir menerima 700 aplikasi tahun kemarin. Sementara yang berkualifikasi hanya 15% saja dan slot yang tersedia kurang lebih 5% dari total aplikasi setiap tahun. Cukup beralasan kan mengapa saya sangat pesimis tak diterima disini? Lihat saja, buktinya aplikasi saya ditolak di OsloMet dan UiB!
Anyway, time has answered! Akhir tahun ini akan banyak cerita baru yang dimulai di Norwegia sebagai seorang pelajar. Meskipun saya sudah diterima kuliah di UiO, tapi justru tantangan terberat adalah saat menjalani perkuliahan dan bertahan hidup di Oslo selama 2 tahun ke depan. Be with me, because I want to tell you more! ☺️
Uhhh mba selamat ya... saya ikuti blog anda sejak 2016. Sekarang ini saya lagi galau antar lanjut kerja di industri yang sama, shift career, atau sekolah lagi. Baca blog anda turut menyemangati saya. Ditunggu cerita-cerita selanjutnya yaaa.
BalasHapusHai Amelia,
HapusMakasih banyak ya udah nyimak cerita aku dari 3 tahun lalu :) Makasih juga ucapan selamatnya.
Sebetulnya lanjut S2 bukan gol yang aku tuju dulunya. Tapi makin kesini, makin pengen belajar ilmu baru buat nambah skill & pengetahuan. Makanya pas daftar, terus keterima, aku jalanin aja dulu.
Kalo industri yg sekarang terus menambah ilmu baru & mengembangkan diri (juga gajinya oke), why not stay? Kalo bosen dan butuh tantangan baru, ya jangan juga takut shifting 😀 Tapi kalo merasa ilmu baru adalah hal yg pengen kamu cari, just go for it! Semoga bisa menemukan titik terang ya (:
Hi kak Nin, I’m one of your followers on social media and I used to read your posts here often. I haven’t visit art och lingua for such a long time. And I’m so happy now to know that you get accepted for the Master's program—the one that you really wanted. I wish you for all the goods kak. I hope I will be doing what I love just like what you are doing❤
BalasHapusHai hai :)
HapusMakasih banyak ya selalu setia mantengin blog aku meskipun sempet pause. Makasih juga semangatnya! I really really hope you would do what you love in life. Itu tuh serasa energi tambahan saat kita lagi down, tahu gak sih? :>
Hai kak mau nanya dong ttg penglaman kuliah di UiO as non-white foreigner? Apakah ada rasisme dr pihak lecturer ataupun local studentsnya? Trs seberapa banyakkah foreign students yg ambil bachelor degree di UiO? soalnya kan hanya pakai bhs norwegia utk undergraduate coursesnya. Thank you :)
BalasHapusPengalaman kuliah udah banyak yang aku ceritain kok :) Mungkin kamu bisa postingan aku yang baru2 tentang kuliah di UiO. Kalo soal rasisme, ya gak ada. Biasa aja sih ya, namanya juga sama2 cari ilmu.
HapusSampe saat ini, aku gak pernah nemu orang Indonesia yang lanjut S1 di UiO. Kalo pun ada, bisa dipastikan pasti dia udah besar dan tinggal lama di Norwegia. Soalnya utk bisa studi S1 di UiO, bahasa Norwegia kamu setidaknya lancar sampe level B2.
Hai kak mau nanya dong pengalaman as non-white foreigner di UiO. Apakah pernah ada rasisme dr lecturer ataupun local students di sana? Terus banyak ga sih international student yg pursue bachelor degree di UiO? Soalnya kan undergraduate coursesnya cuma ada dlm bahasa Norwegia. Thank you kak!
BalasHapusUdah aku bales ya di atas :)
Hapus