Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2024

Au Pair: Diskriminasi Usia?

Setidaknya selama 3 bulan ke belakang, saya sudah beberapa kali menyimak kericuhan jagad Twitter tentang diskriminasi usia yang masih membebani masyarakat Indonesia saat cari kerja dan daftar beasiswa. Baru-baru ini, karena pendaftaran beasiswa LPDP dibuka kembali, kericuhan terjadi lantaran batas usia pendaftar dianggap tak masuk akal dan sangat diskriminatif. Maksimal 35 tahun bagi pendaftar Master, serta 40 tahun bagi pendaftar Doktoral. Padahal membatasi usia hingga 35 tahun bagi yang ingin dapat beasiswa S2 membutakan apa yang terjadi di realita. Faktanya, justru malah banyak yang ingin lanjut kuliah di akhir 30 tahunan dan tetap layak dapat beasiswa. Sebetulnya batasan usia sebagai syarat administrasi bukan hal baru lagi dan sudah lama prakteknya. Tak hanya di Indonesia, tapi juga negara-negara di Asia Timur. Saya ingat betul beberapa tahun lalu berniat cari beasiswa di Asia, batasan usia sebagai persyaratannya pun nyaris serupa. Karena adanya batasan umur inilah, akhirnya saya b...

Cara Terbaik Menikmati Makanan (dan Nongkrong) di Norwegia

Setelah misuh-misuh perkara restoran di Norwegia yang seringkali tak memenuhi ekspektasi , ada baiknya saya berbagi dari sudut pandang orang lokal bagaimana cara mereka bersosialisasi dan menikmati makanan. Biar adil. Betul, Norwegia bukan tempat yang tepat berwisata kuliner layaknya Denmark. Betul juga, Norwegia tak punya tempat nongkrong asik di ibukota dan kehidupan malamnya cenderung pasif, tak serupa Swedia. Kehidupan di Norwegia sesungguhnya sederhana. Kuncinya, memanfaatkan sumber daya alam yang tak dimiliki Denmark dan Swedia. Sesimpel itu, karena memang tak ada yang lagi bisa disyukuri orang lokal selain keindahan alamnya yang fantastis. Baca juga: 10 Alasan Norwegia Tak Cocok Untuk Destinasi Liburan Orang Indonesia God is kind. Meskipun negara ini lebih dekat dengan kutub utara dan punya musim dingin mencekam, namun habitat alam Norwegia cenderung aman. Norwegia tak punya banyak hewan buas seperti di negara-negara tropis, kecuali beruang yang lebih sering dijumpai di utara s...

Melarikan Diri, Perbaikan Gizi

Dari pertengahan tahun lalu, saya sudah visioner untuk tak ingin menghabiskan liburan Natal dan Tahun Baru 2024 di Eropa. Sekali ini Eropa tak masuk dalam daftar rencana tahunan. Apalagi mengingat pengalaman di Paris awal tahun lalu membuat saya trauma dan merasa Eropa jadi tak menarik lagi. Sombong sekali, tapi perasaan tak ada yang abadi. Kemarin happy , bisa jadi hari ini sedih.  Secara impulsif, rencana liburan akhir tahun berdua dengan adik pun dibuat spontan tanpa berpikir apakah finansial siap. Haha! Ini adalah kali ke-4 saya reuni dengan si adik dalam setahun. Sebetulnya ada keinginan pulang sejenak ke Indonesia, tapi tiket cukup mahal dan liburan kurang dari 2 minggu rasanya terlalu tanggung. Ingin ke Taipei, tiketnya juga masih mahal di akhir tahun apalagi untuk dua orang. Lucunya, mendadak terpikir Cina karena baca berita negara ini sudah mulai buka normal lagi pasca Korona dan harga tiketnya terbilang murah dari Oslo. Tanpa pikir dua kali, booked ! No lie, the more I li...