Lagi-lagi, menemukan topik seru di Twitter. Suatu hari, seorang imigran Indonesia membuat utas tentang asumsi orang-orang yang mengatakan negara tempat tinggalnya enak, padahal aslinya tak demikian. Dari mulai mahalnya harga permak celana, sulitnya jasa percetakan, hingga absennya tukang bakso keliling. Lalu sebuah balasan warganet cukup mencolek saya, " orang Indonesia yang tinggal di LN ini selalu promosi hidup di LN gak enak, tetap saja gak mau pulang dari sana ". Tiba-tiba saya berpikir, lho iya juga ya . Sedikit tersentil, karena orang Indonesia yang sering promosi kekurangan tinggal di luar negeri itu salah satunya saya sendiri. Lewat blog ini, saya juga membanjiri cerita pengalaman tak mengenakan yang berbeda dengan banyak konten bahagia diaspora di media sosial. Saya juga seringkali menjelekkan negara tempat tinggal dan kadang masih membandingkannya dengan kampung halaman di Indonesia. Padahal sedekade ini tinggal di Eropa, harusnya sudah di fase 'menerima' b...
An honest journal about staying abroad, studying in Norway, and rough life as an au pair